Rabu, 23 Januari 2019

Kemegahan di Ranah Minang





Rumah Gadang sebutan untuk rumah adat di Minangkabau pastilah sudah banyak rakyat Indonesia yang tahu, paling tidak ini terwakili dari hiasan atap bagonjong di rumah makan Padang. Rumah Gadang gampang dikenali dengan atapnya yang khas berbentuk tanduk kerbau. Bentuk atap dan nama Minangkabau itu sendiri ada asalnya, kurang lebih berarti menang kerbau. Tentang ini, ada kisahnya tersendiri.

Maka, berwisata ke  Ranah Minang tanpa melihat sosok rumah gadang  bagaikan makan sayur tanpa garam. Rumah Gadang masih banyak dijumpai di tempat asalnya, baik yang dipakai sebagai rumah tinggal, istana atau perkantoran yang mengadopsi bentuk atap bagonjongnya saja. Dari yang berukir lengkap, ukir sederhana atau yang polos tanpa ukiran, semuanya sangat cantik. Ukiran berupa bunga dan sulur.

Rumah Gadang dikatakan gadang (besar) bukan karena bentuknya yang besar. Melainkan ditinjau dari fungsi juga sangat besar. Fungsi Rumah Gadang yaitu untuk me­lingkupi bagian keseluruhan ke­hi­dupan keseharian orang Minangkabau. Baik sebagai tem­pat kediaman keluarga dan me­rawat ke­luarga. Termasuk pula sebagai pusat melaksa­na­kan ber­bagai upacara adat, sebagai tem­pat ting­gal bersama keluarga. Bahkan di­atur pula tempat perempuan yang sudah berkeluarga dan yang be­lum. Rumah Gadang memiliki fungsi sebagai tempat ber­mufakat. Ru­mah Gadang merupa­kan ba­ngun­an pusat dari seluruh ang­gota ka­um dalam membicarakan berbagai hal dalam se­buah suku, kaum maupun nagari.

Ciri-ciri yang sangat khas dari rumah gadang diantaranya:

  • Atap Rumah Gadang

Bagian atap biasanya terbuat dari ijuk yang dijalin, kemudian ujungnya meruncing membentuk gonjong. Pemakaian ijuk sebagai simbol bahwa Rumah Gadang ramah lingkungan. Bentuk atap seringkali diasosikan mirip dengan tanduk kerbau karena sering dihubungkan dengan cerita Tambo Alam Minangkabau. Cerita tersebut tentang kemenangan orang Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa atap rumah gadang meniru Siriah Basusun (daun sirih yang disusun). Hal ini melambangkan rumah gadang sebagai tali penyambung silaturahmi dan kekeluargaan. Sebagaimana sirih yang biasanya digunakan sebagai simbol penyambung silaturahmi.

  • Bangunan Rumah Gadang

Rumah Gadang dengan bentuk segi empat memanjang ini hampir semua bagiannya terbuat dari kayu dan hasil alam lainnya. Dinding, lantai, tangga, loteng dll. Rumah Gadang dipercaya tahan terhadap gempa. Teknologi mutakhir yang digunakan sejak abad lalu ini berupa pasak.
Rumah Gadang aslinya tidak menggunakan paku untuk merekatkan dan menyambungkan dua bagian kayu. Namun menggunakan pasak. Jadi saat terjadi gempa, Rumah ini berayun mengikuti ritme gempa. Jadi saat gempa, rumah ini tidak akan roboh. 
Bangunan Rumah Gadang digambarkan memiliki ruang ganjil antara 3 hingga 11. Diantaranya terdapat ruangan lepas dan kamar-kamar. Jumlah kamar bervariasi tergantung besar kecilnya keluarga yang bernaung di rumah tersebut. Selain orang tua, hanya anak perempuan yang berhak mendapat kamar.

  • Ukiran Rumah Gadang

Untuk menambah unsur seni. Pada dinding Rumah Gadang biasanya dibuat ukiran-ukiran dengan motif asli minangkabau. Motif-motif ini kebanyakan terinspirasi oleh alam, misalnya kaluak paku, itiak pulang patang, dll. Setelah itu ukiran akan dicat dengan warna-warna khas minangkabau, kombinasi merah, hitam, kuning dan hijau.

  • Bagian Depan Rumah Gadang

Rumah gadang selalu dibuat tinggi menyerupai rumah panggung, tujuannya agar ruang dibagian bawah bisa digunakan. Pada bagian depan dibuatkan tangga. Pada zaman dahulu dibagian bawah tangga ada batu dan cibuak untuk mencuci kaki.
Rumah gadang kebanyakan memiliki kolam ikan di depan rumah. Selain untuk memelihara ikan, kolam merupakan sumber air yang vita untuk kegiatan sehari-hari, mandi dan mencuci.

  • Rangkiang Rumah Gadang

Selain kolam, di bagian halaman kita akan melihat bangunan tinggi dan ramping bergonjong. Bangunan dengan 4 hingga 6 tiang dan pada salah satu sisi dibuatkan pintu kecil. Bangunan ini dinamakan Rangkiang. 
Rangkiang adalah simbol survival masyarakat minangkabau. Ada banyak macam rangkiang dan setiap rangkiang punya fungsi masing masing. Meskipun sama-sama tempat penyimpanan padi, Ada rangkiang yang berisi padi Abuan (bibit). padi untuk makan sehari-hari, padi untuk persiapan masa paceklik dll sebagainya.

Demikianlah kekayaan Budaya Minang dan masih banyak lagi nilai-nilai filosofi yang bisa kita pelajari dari bangunan apik khas Ranah Minang ini. Untuk itu kita jangan pernah berhenti mengulik dan mempelajarinya. Serta jangan lupa untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Kita harus bangga dengan keberagaman budaya, bahasa, daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan yang ada tetapi kita satu yaitu Bhinneka Tunggal Ika.