Sabtu, 06 Januari 2018

Jejak Yang Hilang


Hai hai hai, kalian udh penasarankan kelanjutan cerita dari tulisan aku yang berjudul "Jejak Yang Hilang". Nah, sambil menemani malam mingguan kalian yuk baca kelanjutan ceritanya, selamat membaca .....

“Buat apa menipu orang lain, jika kita bisa mendapatkan sesuatu tersebut dengan cara yang halal.”

Wanita yang memiliki rambut ikal berwarna hitam pekat dan tebal serta memiliki bola mata yang besar merupakan wanita yang diidolakan di sekolahnya. Dari penampilannya yang menarik para lelaki tetapi dari segi lain dia juga wanita yang berprestasi dalam lomba matematika tingkat sma se- Jakarta. Setiap berpapasan dengan orang lain ia selalu senyum dan menyapa tanpa memandang ras dan suku. Jika teman di sekolahnya sedang kesusahan dan sangat membutuhkan pertolongan Dobrila tak segan-segan untuk membantunya. Dobrila memiliki hobi sebagai model internasional, sejak kecil ibunya sudah melatih dirinya.
Malam itu indah sekali. Bintang-bintang di langit bertaburan dengan memancarkan cahaya yang kelap-kelip. Bulan pun memancarkan sinar ke seluruh alam semesta. Dobrila menikmati malam itu dengan duduk di sebuah ayunan yang berada ditaman rumahnya dan memegang hpnya. Dobrila melihat-lihat online shop yang ada di instagramnya. Karena dia senang berfashion maka Dobrila melihat baju-baju yang memikat dirinya.
***
Keesokan harinya. Ketika matahari terbit dari ufuknya burung-burung terbangun dari tidurnya dan bersiul indah sambil mengepakan sayap-sayap mungilnya. Ia terbangun dan memandang ke arah luar jendela serta, bunga-bunga di taman yang basah karena di selimuti embun pagi hari yang telah meninggalkan bau basah, pohon-pohon rindan bergoyang dengan tiupan angin sehingga memancarkan suasana sejuk dari setiap ranting,dahan,batang, dan daun seakan akan sedang berzikir ke pada sang khaliq. Ia pun bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap menuju ke sekolah.
Sesampainya disana Dobrila meminta saran kepada sahabatnya, mengenai kostum yang ingin dia pakai pada saat acara sweet seventeennya. Giska pun memberikan saran yang sama dengan dia dan akhirnya Dobrila pun membeli baju tersebut. Pada saat yang pembelajaran dimulai Dobrila berbicara dalam hati “Bagaimana jika pada saat ulang tahunnya dia memakai kostum seperti Cinderella dan dipasangkan oleh seorang pangeran sepatu kaca. Lalu sang pangeran tersebut mengajak dirinya berdansa bersama pada hari ulang tahnunnya. Serta memasangkan sebuah kalung pada dirinya.”
Tak lama kemudian Giska pun menegur Dobrila yang sedang tersenyum secara tiba-tiba.
“Eh, Dobrila. Kamu kenapa? Kok senyum-senyum sendiri sih?” tegur Giska.
“Hmmm… Hah? Gak kok gue gak apa-apa, kamu salah liat kali. Atau mungkin itu hanya halusinasi lo aja.”
***
Seminggu kemudian…
“Gis, kok sampai sekarang barang yang gue pesan belum sampai juga ya?”
“Sabar, mungkin kalau gak hari ini besok barang kamu sampai.” jawab Giska dengan wajah tenang.
“Ya sudahlah mungkin begitu.” jawab Dobrila dengan nada yang datar.
***
Dua hari kemudian, Dobrila meminta pertolongan kepada Addy. Saat di sekolah dia pun menemui Addy tanpa disengaja.
“Addy, tunggu sebentar deh. Tolong bantuin gue donk. Gue membeli barang online shop di Instagram tapi kok sudah seminggu lebih belum sampai juga ya? Kamu bias bantuin tolong lacak took online shop tersebut gak?” tanya Dobrila.
“Oh, gue bisa kok. Tenang aja semua masalah dapat terselesaikan.” jawab Addy dengan senang hati.
Beberapa saat kemudian pada hari yang sama Addy mengetahui alamat online shop tersebut dan dirinya memberitahu Dobrila. Dobrila dan Addy pun menentukan hari dimana mereka kelokasi sang penjual tersebut. Addy pun mengajak temannya yang bernama Adiva untuk meminta bantuan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
***
Pada suatu hari, Dobrila serta ditemani dengan Giska, Adiva, dan Addy pergi kesalah satu tempat dimana ditempat tersebut merupakan alamat tempat tinggal penjual online shop tersebut. Di dalam perjalanan perasaan Dobrila sudah campur aduk antara kesal, kecewa, dan letih campur menjadi satu. Emosi Dobrila sudah tidak bias ditahan lagi, sebab kesabaran orang pasti ada batasannya. Perjalanan menuju tempat tersebut membutuhkan perjuangan yang sangat ekstra karena harus melewati berbagai rintangan kita melewati lembah, tebing, hutan, dan desa untuk sampai ketujuan. Sesampainya disana emosi Dobrila langsung meluap. Dan kekesalannya bertambah karena penjual online shop tersebut sudah pindah sebulan yang lalu dari tempat tersebut. Warga pun memberikan alamat tempat tinggal penjual tersebut yang baru. Di karenakan hari sudah larut malam, mereka pun mencari tempat singgah terlebih dahulu untuk semalam.
***
Keesokan harinya, Dobrila dan teman-temannya melanjutkan perjalanan ketempat tersebut. Tempatnya dapat dikatakan lumayan jauh dari alamat sebelumnya. Akan tetapi perjuangan pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan. Berjam-jam kami menghabiskan waktu diperjalanan pada akhirnya kami sampai ditempat yang kami cari. Saat kami bertemu dengan Asiah sang penjual di online shop, raut wajah Asiah pun seketika curiga dan cemas dengan adanya kedatangan dari mereka. Tak lupa Asiah pun mengajak mereka untuk duduk beristirahat sejenak dan mencicipi hidangan yang telah dibuat olehnya.
***


Satu jam kemudian…
Setelah menghilangkan rasa penat.
“Gue ingin membeli baju yang seperti ini apakah ada?” kata Dobrila dengan nada datar sambal menunjukan gambar yang ada di hpnya.
“Oh baju seperti itu, ada tunggu sebentar ya biar saya cari digudang terlebih dahulu” jawab Asiah dengan raut muka yang panik.
Saat Asiah mencari barang tersebut seketika raut wajah Dobrila yang tadinya sangat kesal berubah menjadi seperti biasanya. Addy, Giska, dan Adiva mengajak Dobrila untuk berbincang-bincang dengan perasaan dirinya karena telah sampai ketempat yang ditunggu-tunggu olehnya. Satu jam, dua jam, waktu pun terus berganti tetapi kepastian pun hingga pada saat ini belum juga terjawab.
Dapat terbilang begitu lama, pada akhirnya Asiah bertemu dengan kami kembali. Dengan nada yang pelan, kecil dan raut muka yang takut Asiah pun memberitahu kepada kami bahwa baju tersebut tidak ada di gudang, semua itu adalah penipuan.
“Apa!! Jadi selama ini gue menunggu baju tersebut ternyata lo itu penipu. Sudah seminggu lamanya gue menunggu hingga gue berkhayal yang terbilang begitu tinggi lalu jawabanmu seperti ini?” kata Dobrila dengan tangan menggenggam.
“Apa alasan lo melakukan hal penipuan seperti ini? Bukankah perlakuan ini membuat banyak orang rugi, tidakkah lo memikirkan dosanya, tidakkah lo malu dengan warga, sodara dan orang tua lo?” tanya Giska kepada Asiah.
“Gu…Gue melakukan hal hingga seperti ini bukan maksud seperti itu, dengarkan dulu maksud gue sebentar saja.” jawab Asiah dengan nada pelan
“Halah, basi ya namanya penipu lah, pencuri lah, maling lah, mana ada yang mau mengaku kalau ngaku penjara penuh kali.” kata Dobrila seketika bangun dari kursi lalu pergi keluar menuju pintu
Addy pun lari menahan Dobrila yang ingin pergi meninggalkan masalahnya.
“Kalau cara lo kaya gini lari dari masalah, mau sampai kapan masalah lo selesai. Sampai kiamat pun gak mungkin kelar ini masalah. Coba sabar sebentar kita selesaikan masalah ini dengan kekeluargaan.” kata Addy kepada Dobrila
Dobrila pun ditahan dengan Addy lalu Asiah melanjutkan penjelasannya.
“Maksud dari kelakuan yang gue lakukan itu karena nyokap gue lumpuh sudah dari tahun lalu sedangkan bokap gue sudah meninggal dari tiga tahun yang lalu dikarenakan kecelakaaan tertabrak kereta sepulang kerja, gue bingung mau mencari dana dengan cara bagaimana lagi” jawab Asiah dengan nada sedih dan pelan.
***
Suasana berubah menjadi sunyi, sepi dan sedih menjadi satu. Seketika Dobrila dan teman-temannya menangis terbawa suasana.
“Bukan kaya gitu mencari dana untuk kesembuhan orang tua kita, jika kita mencari uang dengan cara yang tidak halal yang ada penyakit yang diderita orang tua kita bukanlah sembuh malah menjadi parah. Kenapa lo tidak bekerja dengan cara yang sewajarnya saja dan semampu lo? Itu kan lebih halal hasil yang lo dapatkan nantinya. Lo gak nyesel kalau nantinya penyakit yang diderita orang tua lo semakin parah dan berujung meninggal dunia seperi ayah lo. Tidakkah lo memikirkan bagaimana nantinya lo hidup tanpa adanya kedua orang tua lo, tidak lagi merasakan kasih sayang dari mereka dan juga perhatian dari mereka. Walaupun mereka merasakan sakit tetapi mereka tetap memerhatikan anaknya, sebab anaklah harta yang paling berharga yang dia punya.” kata Addy kepada  Asiah
Seketika Asiah pun semakin menjerit menangis setelah mendengarkan nasihat dari Addy. “Maafkan perila gue yang gue lakuin selama ini, gue mungkin gak akan sadar jika gak kalian nasihatin. Apa jadinya gue jika tanpa adanya kehadiran kalian? Mungkin semakin lama kelakuan gue semakin bertambah parah. Gue bingung mau meminta maaf seperti apa lagi kepada kalian, sungguh pengorbanan kalian dapat mengubah hidup gue.” kata Asiah
“Iya, tidak apa-apa kok. Lain kali jangan seperti ini ya.” jawab Addy, Giska, dan Adiva dengan serempak
Tak lama kemudian polisi pun datang dan bertanya
“Apakah disini ada yang bernama Dobrila dan Asiah.” kata Pak Alvaro  
“I..iya saya sendiri, ada apa ya pak?” jawab Asiah dengan wajah kaget serta panik
Polisi pun mengajak Dobrila dan Asiah ke kantor polisi dan menerangkan bahwa kedatangannya karena ditelepon oleh Dobrila. Sesampainya di kantor polisi Pak Alvaro pun menanyakan permasalahan tersebut dan menahan Asiah selama satu tahun di balik jeruju besi. “Kesalahan sekecil apa pun tetaplah harus ditegakkan.” kata Pak Alvaro
Sebelum meninggalkan kantor polisi Dobrila melihat Asiah yang dengan raut muka merasa sangat menyesal dengan kelakuannya.
Sepulang dari kantor polisi, Dobrila dan teman-temannya menggalangkan dana untuk kesembuhan ibu dari Asiah yang menderita lumpuh selama tiga bulan. Dan mereka pun mengajak ibu Asiah kerumah sakit untuk menyembuhkan penyakitnya hingga pada akhirnya penyakit yang dideritanya tidaklah sembuh hingga berujung pada kematian.



Kesimpulan dari cerita tersebut:
Janganlah kita terlalu cepat percaya dengan orang lain. Yang kita lihat menarik belum tentu yang terbaik. Di balik masalah pasti ada solusinya. Setiap kejadian itu pasti ada hikmahnya.
Janganlah mudah terbawa arus dengan adanya media social yang memberikan segala kemudahan, hendaknnya  lebih berhati-hati dalam melakukan segala kegiatan yang dilakukan di media social yang sebenarnya berbeda dengan semua yang ditampilkan di dalam media social tersebut. Dan yang paling terpenting janganlah kejahatan dibalas dengan kejahatan karena itu adalah dendam. Tetapi kejahatan dibalas dengan kebaikan karena itu adalah perbuatan yang mulia dan terpuji .