Sabtu, 16 November 2019

Good and bad sides


Sebulan berlalu, Laras mulai merasakan kesepian dan bosan tanpa adanya HP

Ketika hangatnya matahari menyapa mereka berempat Dina, Risa, Rani, dan Laras yang sedang asik bermain congklak dan juga bekel di teras depan rumah Dina. Rumah Dina lumayan luas jadi enak untuk bermain di sana. Rumah mereka berempat tidak terlalu jauh jaraknya, sehingga berangkat dan pulang sekolah pun mereka bersama-sama. Mereka duduk di kelas 3 SD Desa Suka Maju. Ketika sedang asik bermain datanglah Ibunya Laras menyuruh Laras untuk pulang dikarenakan hari sudah semakin siang. Laras anak satunya-satunya dari keluarga Bapak Mardi dan Ibu Sumi. Akhirnya Risa dan Rani memutuskan untuk pulang ke rumah. Ketika Rani ingin memakai sendalnya tiba-tiba dia kaget sendalnya satu lagi tidak ada. Dina pun tertawa karena tahu bahwa sendalnya Rani di umpetin oleh Risa. Kejahilan Risa sudah di maklumi teman-temannya. Bagi mereka berempat Risa anak yang unik dia kembarannya Rina tetapi Risa lebih jahil, humoris, dan pemberani, sedangkan Rani kebalikan dari Risa dia anaknya lebih banyak diam tetapi pintar. Keesokan harinya sehabis pulang sekolah mereka berempat bermain bersama lagi. Tiba-Tiba Laras membawa seseorang yang akan dikenalkan kepada ketiga sahabatnya tersebut yang bernama Citra. Penampilan Citra berbeda dengan mereka berlima. Citra berpenampilan lebih modis, wajahnya yang terlihat blasteran dengan rambutnya yang berwaran pirang terlihat seperti anak dari keluarga orang kaya. Citra pun diajak bermain bersama, akan tetapi citra menolaknya. Lalu Laras mendekatinya dan bertanya.
Laras      : “Hey.. citra kok kamu tidak mau main bersama kita memangnya kenapa?”
Citra       : Tidak apa-apa, aku tidak tau bagaimana cara bermainnya.”
Laras      : “Lah.. nanti kan kita kasih tau, pasti kita ajarin kok
Citra       : Tidak agh, aku mau main ini saja.”
Citra pun mengeluarkan hp dari kantong celananya.
Laras      : “Wah.. itu apa citra?
Citra       : “Ini HP. Kamu mau lihat?”
Laras      : “Boleh, wah keren banget ya. Ih.. ini mah permainan congklak tau, itu kamu bisa cara memainkannya?.”
Citra       : “Hah.. emangnya permainan congklak itu permainan apa? Aku hanya iseng mendownlodnya saja.”
Laras      : “Congklak itu merupakan permainan tradisional loh yang biasa aku mainkan dengan teman-temanku, cara memainkannya pun juga sama dengan yang kamu mainkan di hp kamu itu.”
Citra       : “Hahaha, aku baru tau.”
Laras      : “Ini citra hpnya, aku mau pulang dulu ya.”

Setelah puas bermain dengan citra, Laras pun pulang. Laras sangat menyukai permainan yang ada di Hpnya Citra. Laras senang karena Citra sudah baik dan mau meminjamkan HPnya. Ia jadi ingin HP seperti milik Citra. Ketika sampai di rumah, Laras bercerita kepada kedua orang tuanya dan memaksa agar membelikan HP untuknya.
Laras      : “Ayah, ibu aku pengen punya HP seperti punya teman Laras.”
Ibu         : ”Ibu dan ayah tidak punya uang nak.”
Ayah      : “Emang buat apa beli HP, kamu kan masih kecil nak. Hp tidak terlalu penting untuk kamu
Laras      : “Huhuhu... ayah sama ibu gak sayang ya sama Laras. Pokoknya aku ingin HP kalau ayah dan ibu tidak membelikan aku Hp aku tidak mau sekolah.”

Laras pun berlari ke kamarnya dengan raut wajah yang kesal dan setibanya di kamar dia pun menangis. Ibu Laras sangat sedih mendengar tangisan putri semata wayangnya itu.
Ibu         : “Ayah... bagaimana ini? Anak kita minta dibelikan HP.”
Ayah      : “Tapi kita tidak punya uang bu.”
Ibu         : “Ya udah cincin ibu aja dijual yah.”
Ayah      : “Ibu yakin? itu kan cincin kesayangan ibu. Apa ibu tidak menyesal nanti?”
Ibu         : “Gak apa-apa yah. Jika nanti punya uang kan bisa beli lagi
Keesokan harinya bapak dan ibu Laras pergi ke toko emas dan menjual cincin ibu. Lalu uangnya untuk membeli HP yang diinginkan putrinya. Namun setelah dibelikan HP tersebut, Laras jadi anak yang malas. Hampir setiap pulang sekolah ia langsung duduk di sofa dan main HP. Laras juga tidak belajar dan mengerjakan PR dari sekolah.
Risa, Rani, dan Dina   : “Larasss...!!! main yuk.”
Laras                           : “Hay... ngapain kalian kesini.”
Risa                             : “Ayo kita belajar besok kan kita ulangan kenaikan kelas, terus selesai belajar kita main deh.”
Laras                           : “Enggak ah. Aku lagi asik main permainan di Hpku nih.”
Ibu                               : “Nak, ayo belajar dulu ya! Teman-temanmu udah datang kesini loh.”
Laras                           :”Aku lagi main ini lo buk.”

            Akhirnya dengan muka sedih dan kecewa Risa, Rani dan Dina meninggalkan rumah Laras dan belajar bersama di rumah Dina. Setelah belajar, mereka membicarakan Laras. Ia bersikap tidak seperti biasanya setelah punya HP. HP membuat Laras jadi malas dan tidak mau bermain bersama mereka. Mereka sangat kesepian tanpa Laras. Lalu mereka ingin bermain lompat tali di lapangan bersama anak-anak desa yang lain. Tiba-tiba di jalan mereka bertemu dengan Citra.
Citra  : ”Hay teman-teman. Aku Citra. Kalian siapa?”
Risa     : ”Hay aku Risa.”
Rani    : ”Hay aku Rani.”
Dina    : ”Hay aku Dina, kamu anak pindahan dari kota ya?”
Citra    : ”Iya aku dari kota. Kalian mau kemana?.”
Dina    : ”Kita mau ke lapangan bermain bersama teman-teman. Kamu mau ikut?”
Citra    : ”Ayo... aku ikut.”

            Citra pun ikut bermain bersama dengan teman-teman barunya yang ada di desa. Ketika Citra tidak bisa memainkan permaianan anak desa, Citra diajari oleh Risa, Rani dan Dina. Citra tertawa bahagia, ia tidak pernah merasakan keseruan dan keceriaan permainan tradisional tersebut. Mereka akhirnya sering bermain bersama. Karena mereka bersekolah di sekolah berbeda, Citra selalu menunggu Risa, Rani dan Dina pulang sekolah di depan rumahnya dan langsung ikut belajar dan bermain bersama di rumah Dina.
          Setelah ulangan kenaikan kelas selesai. Tiba saatnya hari ini pembagian rapot yang membuat Risa, Rani, Dina dan Citra gelisah dengan hasil dari belajar bersama mereka. Akankah mereka naik kelas atau tinggal kelas, mendapatkan peringkat atau tidak, serta nilainya bagus atau tidak. Pada sore harinya mereka bermain bersama kembali akan tetapi tetap tanpa salah satu temanya yang bernama Laras. Suatu ketika, ada salah satu ibu-ibu memakai seragam seperti layaknya guru datang ke rumah Laras dan berbicara dengan Ibunya Laras dikarenakan nilai rapotnya yang sangat jelek dan tidak mengerjakan tugas dari guru.
Ibu guru               : Assalamualaikum.”
Ibu Laras              : “Waalaikumsalam, mau bertemu dengan siapa ya bu?
Ibu guru               : Apakah benar ini rumahnya Laras?.”
Ibu Laras              : “Iya bu benar, kalau boleh tau ada apa ya dengan anak saya?
Ibu guru               : Begini bu, anak ibu tidak mengerjakan tugas dan nilai rapotnya sangat jelek. Saat saya bertanya dengannya mengapa tidak mengerjakan tugas dan nilainya mengapa jelek. Laras menjawab dia tidak mengerjakan tugas dikarenakan ketiduran dan lupa dan dia sudah asik bermain dengan HPnya makanya dia tidak belajar.” sambil menunjukan rapot Laras
Ibu Laras              : “Oalah begitu ya bu, maafkan anak saya ya bu. Nanti biar saya beritahu kepada Laras.
Ibu guru               : Iya bu saya maafkan. Tapi tolong diberitahu lagi saja ya bu ke Larasnya soalnya kalau begini terus nanti dia tidak naik kelas. Maaf bu sebelumnya sudah menggangu waktu luangnya.”
Ibu Laras              : “Iya tidak apa-apa bu, kalau ibu tidak datang juga saya tidak akan tau kalau anak saya seperti itu disekolahnya.
Ibu guru               : Ya sudah kalau begitu, saya pamit pulang dulu ya bu. Assalamualaikum”
Ibu Laras              : “Waalaikumsalam.
Setelah gurunya pulang ibunya Laras pun dengan muka kesal memanggil Laras.
Ibu                         : “Larassssss……. Kesini kamu!
Laras                      : Iya ada apa bu.
Ibu                         : “Kamu tau tidak hasil rapot kamu?
Laras                      : Tidak bu, memangnya kenapa bu rapot aku? Nilai aku bagus ya? Atau aku mendapat peringkat satu?
Ibu                         : “Nihh… kamu liat saja sendiri. ujar ibu dengan menunjukkan rapotnya
Laras                      : Ibu maafkan nilaiku yang membuat ibu kecewa.
Ibu                         : “Kan sudah ibu bilang, kamu belajar. Teman kamu sudah mau mengajak kamu belajar bersama, kok malah kamunya asik dengan HP. Mulai detik ini HP kamu ibu sita ujar ibu dengan muka kesal dan meninggalkan Laras

Sebulan berlalu, Laras mulai merasakan kesepian dan bosan tanpa adanya HP. Lalu Laras pergi ke rumah Rani dan Risa namun ia tidak ada di rumah. Lalu berlanjut ke rumah Dina dan ia tidak ada pula. Lalu Laras jalan-jalan menuju lapangan dan  melihat Risa, Rani, Dina dan Citra bermain dengan riangnya bersama anak-anak desa lain pula.
Laras  : “hay teman-teman. Aku ikut main ya?”
Dina    : “Kamu kemana aja kok baru muncul sekarang?”
Rani    : “masih ingat sama kita?”
Laras   : “maafkan aku teman-teman, aku terlalu senang dengan HP kemarin-kemarin. Tapi ternyata HP buat aku bosan, nilaiku jelek dan tidak punya teman.”
Dina    : “Oh iya kita maafin. Iya kan Rani, Risa?”
Rani    : ”Iya, tapi janji gak boleh gitu lagi. Kita teman harus selalu senang bersama.”
Citra    : “Hmm... aku senang melihat kalian. Oh iya  permainan tradisional itu lebih asik loh dari pada harus mencet-mencet HP terus. Aku terkadang bosan. Tapi sekarang aku senang sekali bisa berteman dengan kalian.”
Dina    : “Hehe... itulah permainan kami.”
Citra    : “Iya. Permainan tradisional itu murah, sehat dan menyenangkan. Aku suka ini.”

Akhirnya mereka kumpul bersama-sama lagi. Dan Laras sadar bahwa permainan tradisional memang asik. Akan tetapi perkembangan teknologi juga tetap harus kita ikuti seiring perkembangan zaman agar kita tidak ketinggalan zaman. Siapa sangka ternyata permainan tradisional juga dapat dimainkan dengan teknologi yang sekarang sudah semakin canggih seperi halnya HP.

Senin, 08 April 2019

Ci Ci Putri


  • Arena Bermain :
Lantai
  • Cara Bermain :
Dimainkan oleh 3 anak atau lebih. Kedua jemarinya ditelungkupkan dilantai dan dimekarkan. Seorang anak yang menjadi “kepala” permainan duduk dihadapan mereka sambil telunjuknya berpindah dari satu jemari ke jemari lain dari anak – anak yang ada didepannya sambil berpantun :

Ci ci puteri/Tembako lima kati

Mak None Mak None/kepengen ape


Yuk, liat permainan lainnya di website ini https://lembagakebudayaanbetawi.org/ci-ci-putri/

Selasa, 19 Maret 2019

Gala Asin/Galasin


  • Arena Bermain :
Tanah lapang
  • Cara Bermain :
Permainan gala asin pada dasarnya hampir sama dengan permainan petak. Kalau permainan petak ada tempat inglo, maka dalam gala asin menggunakan galah yang diletakkan di tanah sebagai tanda area “asin”, bebas jaga. Artinya pemain yang berhasil melintasi galah dinyatakan menang dan tak boleh ditangkap oleh si jaga. Gala asin biasa dimainkan secara beregu baik putra maupun putri, yang terdiri atas 5 orang. Permainan berlangsung 2×25 menit dengan istirahat 10 menit. Regu penjaga menempati garis jaganya masing–masing, sedangkan regu penyerang berusaha melewati garis–garis tersebut dengan menghindari dari tangkapan pihak penjaga.
Yuk, liat permainan lainnya di website ini https://lembagakebudayaanbetawi.org/gala-asin-galasin/  

Sabtu, 23 Februari 2019

TRANCE DAN MONCE


“Keajaiban yang tersimpan dalam sebuah karya”

Di sebuah sekolah tingkat menengah pertama sedang berlangsung proses belajar mengajar di kelas 7B. Bu Ninik sedang asik memberi materi seni budaya, anak-anak pun serius memperhatikan. Ketika bel istirahat berbunyi Indra, Rama, Robi, dan Bowo sedang asik berbincang-bincang membicarakan tugas yang diberikan Bu Ninik. Santi, Putri, Sinta, dan Susi tiba-tiba menghampiri mereka yang cowok. Santi bermaksud ingin bergabung dengan Bowo dan teman-teman untuk mengerjakan tugasnya Bu Ninik. Akhirnya mereka berdelapan sepakat untuk memilih Bowo sebagai ketua kelompok dan sepulang sekolah mereka akan mengadakan kerja kelompok di kelas 7B. Bowo memilih tarian tradisional dari Jawa Tengah yang akan dibawakan mereka nanti saat pentas tari antar kelas yang diadakan oleh Bu Ninik. Ketika Robi sedang berjalan di depan kelas 7D dia melihat Ririn sedang asik menonton video di telepon genggamnya. Ririn sedang asik menonton modern dance yang berasal dari negara luar kemudian sesekali Ririn mengikuti gerakan dance yang dia tonton.
Hei,, Rin kamu lagi ngapain?” seru Robi
Eh Robi, ini aku lagi nonton video dance Girls’ Generation.” ucap Ririn
Hah? Girls’ Generation? Itu apa ya?” tanya Robi yang terlihat penasaran
Girls’ Generation itu modern dance asal luar negeri loh Rob.” ucap Ririn dengan gembira
Oh, memangnya kenapa kamu tertarik dengan dance itu?” tanya Robi yang masih penasaran
Aku tertarik karena ....” ucap Ririn dengan semangat
“Kriiinnggg, kriiiinnngggg…!”, suara bel sekolah berbunyi.
Pada akhirnya mereka masuk ke kelasnya masing-masing. Waktu pun begitu cepat beralu dan jam pembelajaran pada hari itu telah usai, saatnya siswa dan siswi pulang ke rumahnya masing-masing. Akan tetapi berbeda dengan Robi dan teman-temanya. Mereka tidak langsung pulang ke rumahnya masing-masing tetapi mereka kerja kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh bu Ninik. Ketika semua anggotanya sudah berkumpul mereka pun memulai konsep yang akan mereka bawakan nanti pada pentas seni. Bowo pun memberitahu kepada teman-teman atas saran yang diberikan oleh dirinya tentang tarian tradisional dari Jawa Tengah dan memberitahu gerakan dari tarian tersebut melalui video. Saat mereka menyaksikan video tersebut sesekali Santi, Sinta dan Putri mengikuti gerakan tarian tersebut. Beberapa menit kemudian Susi selaku anggota kelompok pulang duluan dari yang lainnya, karena dia udah dijemput oleh ibunya, dan sementara itu yang lainnya pun ikut pulang.
“Eh, yang cowoknya kan bawa motor antarin kami pulang lah yang ceweknya.” ujar Putri.
“Yaudah, kalau gitu aku antarin Putri kan rumah kami searah, Indra antarin Santi, Rama antarin Sinta rumah kalian kan juga searah, nah kamu Bowo sendiri deh hahaha” ujar Robi.
“Oke, siip..!!” jawab serentak Indra dan Rama.
Ketika keesokan harinya di sekolah pas jam istirahat terlihat Ririn sedang melakukan modern dance. “Hey Ririn, kamu sendiri? Kamu tidak membuat kelompok?” ujar Bowo
“Eh iya nih, aku sendiri. Memangnya kenapa?” tanya Ririn
“Hahaha tidak apa-apa kok Rin, oh iya btw bukannya kita disuruh untuk menari tarian tradisional bukan modern dance.” ujar Bowo.
“Suka-suka kulah, emang kalau aku modern dance ada masalah??” ujar Ririn dengan ketus
Oalah ya sudah kalau begitu, semangat ya Rin.” ujar Bowo dengan paras senyum.
Karena kesal dengan jawaban Ririn, Bowo pun meninggalkannya. Bowo memilih untuk berkumpul dengan anggota kelompoknya dan meminta untuk jam pulang sekolah memulai latihan menari. Pada saat pulang sekolah mereka pun mulai berlatih nari karena dua minggu lagi mereka akan tampil.
“Ayo semuanya kita latihan hari ini karena dua minggu lagi kita akan tampil.” ujar Bowo.
Sewaktu latihan Rama tampak main-main dan dia melakukan gerakan lain.
Rama!! Kau ini gimana sih, udah tau dua minggu lagi kita akan tampil tapi kamu tidak serius latihannya.” kata Putri sambil membentak.
“Betul tu, bukannya melakukan gerakan tari malah melakukan gerakan lain.” ujar Susi
“Sudahlah, kalian tak usah bertengkar terus, kalau kalian bertengkar terus latihannya tidak akan selesai.” ujar Bowo.
“Betul itu kata Bowo, lebih baik kita lanjutkan saja latihannya.” ujar Indra
“Iya-iya aku minta maaf , aku gak akan mengulanginya lagi.” ujar Rama sambil merasa bersalah. Mereka pun melanjut kan latihannya hingga sore hari.
Tak terasa senja sore tenggelam berganti malam dengan hiasan gemerlap bintang. Bowo dan teman-teman mengakhiri kegiatan pada hari itu dan dilanjutkan pada keesokan harinya.
Seminggu kemudian….
Pagi hari ini sangat beda dengan hari-hari biasanya. Indra yang biasanya datang selalu saja hampir terlambat akan tetapi pagi ini dia datang pertama di kelasnya. Tak lama Bowo pun datang dan mengejek Indra.
“Lah, ndra tumben kamu datang pagi. Biasanya juga kamu datang mepet-mepet jam masuk sekolah haha.” ujar Bowo
“Datang pagi salah, datang siang salah. Terus aku harus datang kapan?” ujar Indra
“Hahaha bercanda kok ndra, jangan marah. Ya baguslah kalau kamu datang pagi, biar kamu jadi anak yang rajin. Lain kali kamu datang pagi lagi ya, kayak hari ini.” ujar Bowo
“Ok deh, aku usahakan.” ujar Indra
Semakin siang kelas pun semakin ramai. Teman-teman sekelas Indra dan Bowo mulai berdatangan ke sekolah untuk mengikuti pelajaran pada hari ini. Bowo pun memberitahu kepada anggota kelompoknya bahwa nanti siang berkumpul dikelas dan melakukan latihan lagi. Waktu begitu cepat berlalu, beberapa menit lagi siswa/i mengakhiri pembelajaran pada hari ini.
Saat Bowo dan anggota kelompoknya berkumpul dan melakukan latihan, suatu ketika Ririn menghampiri mereka.
“Hei,, kalian wih lagi serius latihan ya?” ujar Ririn
“Eh rin. Kamu kapan datangnya?” ujar Bowo
“Baru saja aku datang, oh iya maaf ya aku ganggu kalian.” ujar Ririn
“Iya tidak apa-apa kok rin.” ujar Santi, Putri, Sinta dengan serempak
“Oh iya kedatangan aku kesini bermaksud untuk bergabung dengan kalian, kalian mau tidak? Aku ada ide nanti kita berkolaborasi antara tradisional dan modern dance.” ujar Ririn dengan raut muka bimbang
“Hmmm,, gimana nih teman-teman?” ujar Bowo selaku ketua anggota
“Tapi waktunya kan tinggal seminggu lagi kita tampil. Apakah cukup dengan waktu seminggu kita melakukan latihan kolaborasinya? Kita latihan sudah 70% loh, jangan latihan ini hancur gara-gara lo Rin. Kenapa lo gak ngajak kolaborasi dari kemaren-kemaren ngomong ke kitanya?” ujar Putri dengan nada tinggi
“Maaf kan aku put, tapi kalau kalian tidak mau menerimaku juga tidak apa-apa kok.” ujar Ririn dengan wajah melas
“Eh put tapi ide Ririn itu bagus loh, kalo kita berkolaborasi kan kerennn. Kita coba dulu aja, kita pasti bisa kok.” ujar Santi
“Wah betul tuh kata Santi, kan keren jadinya kalau kolaborasi. Aku jadi membayangkan nanti kita pas pentas.” ujar Susi
“Sudah sudah jangan berantem, ayo kita mulai latihan kolaborasi aja sekarang.” ujar Sinta
“Yok teman-teman kita mulai latihan lagi. Coba kamu jelasin Rin maksud dari ide kamu.” ujar Bowo
“Nih maksud dari ide aku gini, jadi nanti musiknya di kolaborasiin dengan modern dance misalnya musik dari tadisional dancenya itu 10 menit nah kita bagi 2 jadi tradisional dance tampil 5 menit dan modern dance juga tampil 5 menit.” ujar Ririn
“Wah aku paham ok ok, semoga latihan kita lancer.” ujar Bowo
“Aminnnnnnn.” ujar anggota kelompok Bowo dengan serempak
“Yaudah kita latihan setiap hari ya, soalnya tinggal seminggu lagi nih waktunya.” ujar Bowo
“Ok boss siapp.” ujar anggota kelompok Bowo dengan bercanda
Seminggu kemudian…
            Tibalah hari diadakannya pentas seni siswa kelas 7. Bowo dan anggota kelompoknya sudah siap di belakang panggung. Diintipnya suasana dari balik tirai, sungguh sangat ramai. Di antara sekian banyak orang yang datang, Ririn melihat ayah dan ibunya di bangku penonton. Ia tersenyum lebar. Rasa takut dan khawatir kini tak lagi menghinggapinya. Ketika kelompok Bowo tampil, mereka maju kepanggung tak disangka dari awal tarian hingga akhir banyak penonton yang bertepuk tangan dan memberikan pujian sambal berdiri diiringi teriakan gembira menggema di sekolah itu. “Wonderful”,“Amazing”,”Luar biasa”,”Keren banget”, itulah kata-kata yang keluar dari mulut para penonton yang menyaksikan kolaborasi tari tersebut.
            Kali ini, semua penonton larut menyaksikan penampilan tari kolaborasi tersebut. Waktu terasa beerlalu cepat, saat para peserta pentas seni ternyata menyudahi pertunjukan mereka. Tak ayal, semua penonton menyambut dengan berdiri diiringi tepuk tangan berkali-kali. Dan sekarang tibalah waktunya bagi mereka pemberitahuan nilai, tidak disangka ketika nilai disebutkan ternyata kolaborasi tradisional dance dan modern dance tersebut mendapatkan nilai yang lebih tinggi daripada kelompok yang lain. Semua siswa/i kelas 7 pun yang mendengarkan pemberitahuan itu memberikan selamat atas kemenangan kepada kelompok Bowo.
Dengan mengkolaborasikan antara tradisional dance dan modern dance hasil globalisasi dalam satu acara, akan menumbuhkan pengetahuan baru dan nyata bagi kita. Hal ini dimaksudkan untuk memberi keseimbangan bagi pengaruh kebudayaan modern dampak globalisasi di Indonesia yang tidak mungkin kita hindari.