Hai hai hai, kalian udh penasarankan kelanjutan cerita dari tulisan aku yang berjudul "Jejak Yang Hilang". Nah, sambil menemani malam mingguan kalian yuk baca kelanjutan ceritanya, selamat membaca .....
“Buat apa menipu orang
lain, jika kita bisa mendapatkan sesuatu tersebut dengan cara yang halal.”
Wanita
yang memiliki rambut ikal berwarna hitam pekat dan tebal serta memiliki bola
mata yang besar merupakan wanita yang diidolakan di sekolahnya. Dari
penampilannya yang menarik para lelaki tetapi dari segi lain dia juga wanita
yang berprestasi dalam lomba matematika tingkat sma se- Jakarta. Setiap
berpapasan dengan orang lain ia selalu senyum dan menyapa tanpa memandang ras
dan suku. Jika teman di sekolahnya sedang kesusahan dan sangat membutuhkan
pertolongan Dobrila tak segan-segan untuk membantunya. Dobrila memiliki hobi
sebagai model internasional, sejak kecil ibunya sudah melatih dirinya.
Malam
itu indah sekali. Bintang-bintang di langit bertaburan dengan memancarkan
cahaya yang kelap-kelip. Bulan pun memancarkan sinar ke seluruh alam semesta. Dobrila
menikmati malam itu dengan duduk di sebuah ayunan yang berada ditaman rumahnya
dan memegang hpnya. Dobrila melihat-lihat online shop yang ada di instagramnya.
Karena dia senang berfashion maka Dobrila melihat baju-baju yang memikat
dirinya.
***
Keesokan harinya. Ketika matahari terbit dari ufuknya
burung-burung terbangun dari tidurnya dan bersiul indah sambil mengepakan
sayap-sayap mungilnya. Ia terbangun dan memandang ke arah luar jendela serta,
bunga-bunga di taman yang basah karena di selimuti embun pagi hari yang telah
meninggalkan bau basah, pohon-pohon rindan bergoyang dengan tiupan angin
sehingga memancarkan suasana sejuk dari setiap ranting,dahan,batang, dan daun
seakan akan sedang berzikir ke pada sang khaliq. Ia pun bergegas ke kamar mandi
untuk bersiap-siap menuju ke sekolah.
Sesampainya
disana Dobrila meminta saran kepada sahabatnya, mengenai kostum yang ingin dia
pakai pada saat acara sweet seventeennya. Giska pun memberikan saran yang sama
dengan dia dan akhirnya Dobrila pun membeli baju tersebut. Pada saat yang pembelajaran
dimulai Dobrila berbicara dalam hati “Bagaimana jika pada saat ulang tahunnya
dia memakai kostum seperti Cinderella dan dipasangkan oleh seorang pangeran
sepatu kaca. Lalu sang pangeran tersebut mengajak dirinya berdansa bersama pada
hari ulang tahnunnya. Serta memasangkan sebuah kalung pada dirinya.”
Tak lama kemudian
Giska pun menegur Dobrila yang sedang tersenyum secara tiba-tiba.
“Eh, Dobrila. Kamu
kenapa? Kok senyum-senyum sendiri sih?” tegur Giska.
“Hmmm… Hah? Gak
kok gue gak apa-apa, kamu salah liat kali. Atau mungkin itu hanya halusinasi lo
aja.”
***
Seminggu kemudian…
“Gis, kok sampai
sekarang barang yang gue pesan belum sampai juga ya?”
“Sabar, mungkin
kalau gak hari ini besok barang kamu sampai.” jawab Giska dengan wajah tenang.
“Ya sudahlah
mungkin begitu.” jawab Dobrila dengan nada yang datar.
***
Dua
hari kemudian, Dobrila meminta pertolongan kepada Addy. Saat di sekolah dia pun
menemui Addy tanpa disengaja.
“Addy, tunggu sebentar
deh. Tolong bantuin gue donk. Gue membeli barang online shop di Instagram tapi
kok sudah seminggu lebih belum sampai juga ya? Kamu bias bantuin tolong lacak
took online shop tersebut gak?” tanya Dobrila.
“Oh, gue bisa kok.
Tenang aja semua masalah dapat terselesaikan.” jawab Addy dengan senang hati.
Beberapa saat
kemudian pada hari yang sama Addy mengetahui alamat online shop tersebut dan
dirinya memberitahu Dobrila. Dobrila dan Addy pun menentukan hari dimana mereka
kelokasi sang penjual tersebut. Addy pun mengajak temannya yang bernama Adiva
untuk meminta bantuan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
***
Pada
suatu hari, Dobrila serta ditemani dengan Giska, Adiva, dan Addy pergi kesalah
satu tempat dimana ditempat tersebut merupakan alamat tempat tinggal penjual
online shop tersebut. Di dalam perjalanan perasaan Dobrila sudah campur aduk
antara kesal, kecewa, dan letih campur menjadi satu. Emosi Dobrila sudah tidak
bias ditahan lagi, sebab kesabaran orang pasti ada batasannya. Perjalanan
menuju tempat tersebut membutuhkan perjuangan yang sangat ekstra karena harus
melewati berbagai rintangan kita melewati lembah, tebing, hutan, dan desa untuk
sampai ketujuan. Sesampainya disana emosi Dobrila langsung meluap. Dan
kekesalannya bertambah karena penjual online shop tersebut sudah pindah sebulan
yang lalu dari tempat tersebut. Warga pun memberikan alamat tempat tinggal
penjual tersebut yang baru. Di karenakan hari sudah larut malam, mereka pun
mencari tempat singgah terlebih dahulu untuk semalam.
***
Keesokan
harinya, Dobrila dan teman-temannya melanjutkan perjalanan ketempat tersebut.
Tempatnya dapat dikatakan lumayan jauh dari alamat sebelumnya. Akan tetapi
perjuangan pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan. Berjam-jam kami
menghabiskan waktu diperjalanan pada akhirnya kami sampai ditempat yang kami
cari. Saat kami bertemu dengan Asiah sang penjual di online shop, raut wajah
Asiah pun seketika curiga dan cemas dengan adanya kedatangan dari mereka. Tak
lupa Asiah pun mengajak mereka untuk duduk beristirahat sejenak dan mencicipi
hidangan yang telah dibuat olehnya.
***
Satu jam kemudian…
Setelah menghilangkan
rasa penat.
“Gue ingin membeli
baju yang seperti ini apakah ada?” kata Dobrila dengan nada datar sambal
menunjukan gambar yang ada di hpnya.
“Oh baju seperti
itu, ada tunggu sebentar ya biar saya cari digudang terlebih dahulu” jawab
Asiah dengan raut muka yang panik.
Saat Asiah mencari
barang tersebut seketika raut wajah Dobrila yang tadinya sangat kesal berubah
menjadi seperti biasanya. Addy, Giska, dan Adiva mengajak Dobrila untuk
berbincang-bincang dengan perasaan dirinya karena telah sampai ketempat yang
ditunggu-tunggu olehnya. Satu jam, dua jam, waktu pun terus berganti tetapi
kepastian pun hingga pada saat ini belum juga terjawab.
Dapat
terbilang begitu lama, pada akhirnya Asiah bertemu dengan kami kembali. Dengan
nada yang pelan, kecil dan raut muka yang takut Asiah pun memberitahu kepada
kami bahwa baju tersebut tidak ada di gudang, semua itu adalah penipuan.
“Apa!! Jadi selama
ini gue menunggu baju tersebut ternyata lo itu penipu. Sudah seminggu lamanya
gue menunggu hingga gue berkhayal yang terbilang begitu tinggi lalu jawabanmu
seperti ini?” kata Dobrila dengan tangan menggenggam.
“Apa alasan lo
melakukan hal penipuan seperti ini? Bukankah perlakuan ini membuat banyak orang
rugi, tidakkah lo memikirkan dosanya, tidakkah lo malu dengan warga, sodara dan
orang tua lo?” tanya Giska kepada Asiah.
“Gu…Gue melakukan hal
hingga seperti ini bukan maksud seperti itu, dengarkan dulu maksud gue sebentar
saja.” jawab Asiah dengan nada pelan
“Halah, basi ya
namanya penipu lah, pencuri lah, maling lah, mana ada yang mau mengaku kalau
ngaku penjara penuh kali.” kata Dobrila seketika bangun dari kursi lalu pergi
keluar menuju pintu
Addy pun lari
menahan Dobrila yang ingin pergi meninggalkan masalahnya.
“Kalau cara lo
kaya gini lari dari masalah, mau sampai kapan masalah lo selesai. Sampai kiamat
pun gak mungkin kelar ini masalah. Coba sabar sebentar kita selesaikan masalah
ini dengan kekeluargaan.” kata Addy kepada Dobrila
Dobrila pun
ditahan dengan Addy lalu Asiah melanjutkan penjelasannya.
“Maksud dari
kelakuan yang gue lakukan itu karena nyokap gue lumpuh sudah dari tahun lalu
sedangkan bokap gue sudah meninggal dari tiga tahun yang lalu dikarenakan kecelakaaan
tertabrak kereta sepulang kerja, gue bingung mau mencari dana dengan cara
bagaimana lagi” jawab Asiah dengan nada sedih dan pelan.
***
Suasana
berubah menjadi sunyi, sepi dan sedih menjadi satu. Seketika Dobrila dan
teman-temannya menangis terbawa suasana.
“Bukan kaya gitu
mencari dana untuk kesembuhan orang tua kita, jika kita mencari uang dengan
cara yang tidak halal yang ada penyakit yang diderita orang tua kita bukanlah
sembuh malah menjadi parah. Kenapa lo tidak bekerja dengan cara yang sewajarnya
saja dan semampu lo? Itu kan lebih halal hasil yang lo dapatkan nantinya. Lo
gak nyesel kalau nantinya penyakit yang diderita orang tua lo semakin parah dan
berujung meninggal dunia seperi ayah lo. Tidakkah lo memikirkan bagaimana
nantinya lo hidup tanpa adanya kedua orang tua lo, tidak lagi merasakan kasih
sayang dari mereka dan juga perhatian dari mereka. Walaupun mereka merasakan
sakit tetapi mereka tetap memerhatikan anaknya, sebab anaklah harta yang paling
berharga yang dia punya.” kata Addy kepada
Asiah
Seketika
Asiah pun semakin menjerit menangis setelah mendengarkan nasihat dari Addy.
“Maafkan perila gue yang gue lakuin selama ini, gue mungkin gak akan sadar jika
gak kalian nasihatin. Apa jadinya gue jika tanpa adanya kehadiran kalian?
Mungkin semakin lama kelakuan gue semakin bertambah parah. Gue bingung mau
meminta maaf seperti apa lagi kepada kalian, sungguh pengorbanan kalian dapat
mengubah hidup gue.” kata Asiah
“Iya, tidak
apa-apa kok. Lain kali jangan seperti ini ya.” jawab Addy, Giska, dan Adiva
dengan serempak
Tak lama kemudian
polisi pun datang dan bertanya
“Apakah disini ada
yang bernama Dobrila dan Asiah.” kata Pak Alvaro
“I..iya saya
sendiri, ada apa ya pak?” jawab Asiah dengan wajah kaget serta panik
Polisi pun
mengajak Dobrila dan Asiah ke kantor polisi dan menerangkan bahwa kedatangannya
karena ditelepon oleh Dobrila. Sesampainya di kantor polisi Pak Alvaro pun
menanyakan permasalahan tersebut dan menahan Asiah selama satu tahun di balik
jeruju besi. “Kesalahan sekecil apa pun tetaplah harus ditegakkan.” kata Pak
Alvaro
Sebelum
meninggalkan kantor polisi Dobrila melihat Asiah yang dengan raut muka merasa
sangat menyesal dengan kelakuannya.
Sepulang
dari kantor polisi, Dobrila dan teman-temannya menggalangkan dana untuk
kesembuhan ibu dari Asiah yang menderita lumpuh selama tiga bulan. Dan mereka
pun mengajak ibu Asiah kerumah sakit untuk menyembuhkan penyakitnya hingga pada
akhirnya penyakit yang dideritanya tidaklah sembuh hingga berujung pada
kematian.
Kesimpulan dari
cerita tersebut:
Janganlah
kita terlalu cepat percaya dengan orang lain. Yang kita lihat menarik belum
tentu yang terbaik. Di balik masalah pasti ada solusinya. Setiap kejadian itu pasti
ada hikmahnya.
Janganlah mudah
terbawa arus dengan adanya media social yang memberikan segala kemudahan,
hendaknnya lebih berhati-hati dalam
melakukan segala kegiatan yang dilakukan di media social yang sebenarnya
berbeda dengan semua yang ditampilkan di dalam media social tersebut. Dan yang
paling terpenting janganlah kejahatan dibalas dengan kejahatan karena itu
adalah dendam. Tetapi kejahatan dibalas dengan kebaikan karena itu adalah
perbuatan yang mulia dan terpuji .